Telusuri

Rabu, 07 November 2018

Apa Alasanku Untuk Tidak berayukur?


Bismillaahirrohmaanirrohiim..

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُوْنَ

 “Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl : 53)

Sahabat-sahabatku muslimah rahimakunnallahu, bila dibahas siklus hidup manusia sehari-hari dari kita bangun hingga tidur, coba tanyakan pada diri sendiri “apa alasanku untuk tidak bersyukur?” Mulai dari bangun tidur, kita masih diberi kesempatan hidup, jantung masih berdetak, tangan masih bisa digerakkan, dan kaki masih mampu dipakai untuk berjalan. Kemudian kita hendak mengambil wudhu, hati masih digerakkan untuk melaksanakan sholat, mengingat Allah ‘azza wa jalla. Ketika mengambil air, kita masih diberikan rezeki air yang mengalir, kemudian jika keadaan masih gelap kita bisa menyalakan lampu yang sangat mudah untuk dinyalakan dengan menekan tombol saklar lampu tanpa repot-repot menyalakan api. Setelah itu, ketika mandi kita mendapat rezeki air yang melimpah, memakai sabun, pasta gigi, dan sampo. Kita diberi rezeki untuk mampu mendapatkan itu semua. Selanjutnya, ketika mengenakan pakaian, kita pun diberi rezeki untuk bisa mengenakan pakaian secara lengkap. Bayangkan sahabat-sahabatku, bila kita tidak memiliki pakaian sama sekali!

Kemudian kita makan. Mari kita bicarakan nasi! Allah menurunkan hujan ke bumi ini ke tempat yang Dia kehendaki, kemudian memberi sinar matahari yang sangat bermanfaat bagi bumi sehingga tanah-tanah menjadi subur dan bisa digunakan sebagai tempat untuk menanam padi. Dia juga memberi kenikmatan bagi para petani untuk mengurus padi hingga menjadi beras, kemudian Dia juga yang memberi rezeki kepada para pedagang agar bisa menyalurkan beras-beras itu ke warung-warung dekat rumah kita. Dia juga yang memberi rezeki kepada orang tua kita sehingga kita memiliki uang untuk membeli beras. Tidak cukup sampai disitu, kita diberi rezeki untuk bisa menanak nasi menggunakan rice-cooker dengan hanya mencolokkan ke sumber daya listrik, hanya dengan menekan tombol, kemudian jadilah nasi hangat yang siap disantap. Masyaa Allah, itu baru nasi, padahal kita makan dengan lauk pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan lainnya.

Sudah lumayan panjang pembahasan kita dari 3 aktivitas ini, masih mau lanjut?

Baiklah.. mari kita renungkan. Sebagian dari kita ada yang masih sekolah atau kuliah. Kaki kita masih mampu melangkah untuk menuntut ilmu, otak kita masih mampu untuk menerima pelajaran, tangan kita masih mampu untuk menulis, dan kita menulis pakai apa? Kita menulis menggunakan alat tulis dan buku. Bagaimana proses pembuatan buku? Allah telah menciptakan pohon dan memberikan kemampuan manusia untuk mampu mengolahnya dengan sedemikian rupa hingga menjadi kertas. Belum lagi kita diberi rezeki untuk memiliki pensil, pulpen, penghapus, tas, dan lainnya.

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshalihat…

Allah benar-benar menciptakan kita sebagai sebaik-baiknya makhluk, terbukti bahwa kita memiliki jantung dan tidak ada orang yang bisa membuat persis sama sepertinya, kita memiliki tangan, kaki, dan mata yang tidak akan mau kita tukar dengan harta dunia apapun.

Tetapi mengapa kita selalu luput untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan selama ini? Kita telah membahas sebagian aktivitas kita dari pagi sampai siang hari. Belum untuk satu hari dan belum untuk hari-hari sebelumnya yang sudah kita lewati dengan nikmat Allah yang begitu banyak.

Terkadang kita hanya memikirkan, mengapa teman kita lebih cantik dari kita? Kenapa gak kita yang cantik? Kenapa gak kita yang mulus wajahnya? Kenapa gak kita sih yang putih kulitnya dan yang matanya indah? Kenapa bukan aku sih yang naik mobil bagus? Kenapa gak aku sih? Bukan aku aja sih? Dan lain-lain sebagainya.

Tanya lagi pada diri kita! “Apa alasanku untuk tidak bersyukur?”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

...اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلِ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri no. 6490, Muslim no. 2963, dan ini lafazh Muslim, At-Tirmidzi no. 2513, dan Ibnu Majah no. 4142).

Allahu ta'ala a'lam bisshowab

Demikian, semoga ada nilai manfa'atnya didalam tulisan kali ini. Barokallahufikum..

***

Senin, 05 November 2018

Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama

BAB. TAUHID

Bahasan Aqidah.

Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama

Aqidah Secara Etimologi

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Kalimat “Saya ber-i’tiqad begini” maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

Aqidah Secara Syara’

Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

Syari’at terbagi menjadi dua: i’tiqadiyah dan amaliyah.

I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqad terhadap rukun-ru­kun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). (1)

Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah (cabang agama), karena ia di­bangun di atas i’tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah.

Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala:  

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

Firman Allah Subhannahi wa Ta'ala:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)

Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar” (Az-Zumar: 3)

Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam yang pertama kali adalah pelu­rusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.

Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) (An-Nahl: 36)

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: 

"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85)

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh rasul. Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bi’tsah- Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para da’i dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada se­luruh perintah agama yang lain.

Allahu a'lam

Rabu, 24 Oktober 2018

Kaji diri

Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh

Berdakwahlah dengan cara yang arif dan bijaksana. Sopan, santun Adem dan nyaman diterima. Hindari metode prasangka-prasangka yang buruk dalam berdakwah. Apalagi hanya menebak-nebak untuk sesuatu yang belum pasti. Contohnya yg lagi heboh sekarang tentang:

👉 MEMAKAI PAKAIAN DENGAN LAFADZ KALIMAH TAUHID.

Ada pro dan kontra didalamnya. Yang pro meenjalaninya dengan membabi-buta, sedangkan yang kontra melarang tak tentu arah dengan dibarengi prasangka-prasangka buruk didalamnya.
Seperti ucapan segelintir orang yang sigap mengataman "JANGAN MEMAKAI KAOS TERSEBUT, SEBAB NANTI PASTI DIBAWA KE TOILET, DIBAWA KE TEMPAT MAKSIAT, DIBAWA KETEMPAT-TEMPAT YANG KOTOR DAN NAJIS bla..bla...bla..."

Afwan ya akhi wa ukhti... Ini bukan cara berdakwah tapi cara memecah belah." jika kita melihat penyimpangan tugas kita adalah meluruskan bukan memvonis bersalah namun bagaimana cara kita meluruskan masalah tersebut.

Allah Ta’ala berfirman.

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺇِﻥَّ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺇِﺛْﻢٌ ۖ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺠَﺴَّﺴُﻮﺍ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]

Berasumsi boleh saja namun harus perlu didukung ilmu yang mumpuni dan wawasan yang luas serta cara pandang yang  bijak. Agar gak asal vonis. Intinya yang harus dipahami adalah :
👉 YANG SALAH BELUM TENTU SALAH
👉 YANG BENAR BELUM TENTU BENAR

Saya ambil jalan tengahnya saja.

🌴LANGSUNG SAJA KEPEMBAHASAN🌴

Dalam syariat terdapat suatu kaidah yang menjadi landasan untuk menentukan hukum suatu ibadah ataupun muamalah, mengetahui kaidah adalah suatu perkara yang sangat penting dalam setiap masalah agama dan dengan kaidah tersebut diharapkan seorang muslim akan memiliki gambaran yang baik dalam menentukan hukum suatu permasalahan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa berpakaian adalah salah satu bentuk muamalah, berpakaian BUKANLAH BENTUK SEBUAH IBADAH. Dalam kaidah fiqih disebutkan perihal hukum asal suatu muamalah yaitu :
ﺍﻷَﺻْﻞُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺷْﻴَﺎﺀِ ﺍﻟْﺈِﺑَﺎﺣَﺔُ

“Hukum asal dalam segala sesuatu (muamalah) adalah boleh (sampai ada dalil yang mengharamkan atau melarangnya)”

Berdasarkan kaidah tersebut maka sy berpendapat bahwa HUKUM ASAL mengenakan pakaian yang padanya ada lafadz Allah adalah boleh, karena tidak adanya dalil yang mengharamkan atau melarang akan hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (32) }

Katakanlah, "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah, "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS: Al-A'raf : 32)

Dan Dalam Pembahasan kali ini sy akan mencoba mengajak sedikit masuk kedalam pembahasan memakai pakaian yang bertuliskan lafadz Allah.

DEMI MENGAGUNGKAN DAN MENGHORMATI LAFDHUL JALALAH, ISLAM MELARANG UMATNYA MEMAKAI PERHIASAN (DALAM PEMBAHASAN INI ; PAKAIAN) YANG BERTULISAKAN LAFADZ ALLAH KETIKA HENDAK BUANG AIR (KE TOILET). / TEMPAT-TEMPAT KOTOR ATAUPUN NAJIS.

Seperti yang dilakukan Nabi shallalluhu 'alaihiwasallam.. Dari Anas r.a.

ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺑْﻦُ ﺇِﺳْﻤَﻌِﻴﻞَ ﺑْﻦِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻋَﻦْ ﺳَﻌِﻴﺪِ ﺑْﻦِ ﻋَﺎﻣِﺮٍ ﻋَﻦْ ﻫَﻤَّﺎﻡٍ ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﺟُﺮَﻳْﺞٍ ﻋَﻦْ ﺍﻟﺰُّﻫْﺮِﻱِّ ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺨَﻠَﺎﺀَ ﻧَﺰَﻉَ ﺧَﺎﺗَﻤَﻪُ

Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam masuk ke dalam WC, beliau melepas cincinnya. [ HR. Nasai No.5118]

"Dikarenakan di cincin Rasulullah terdapat Lafadz Allah."

Oleh karena itu, diharapkan bagi pengguna pakaian yang berlafadz Allah untuk memperhatikan adab dan etika dalam menggunakannya. Ada beberapa tips dari sy dalam menjaga adab dan etika ketika mengenakan pakaian yang berlafadz Allah, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. TIDAK MENGENAKAN pakaian tersebut ketika masuk TOILET/WC, jika itu berupa sweater maka hendaknya ia lepas sebelum masuk TOILET/WC dan jika itu berupa kaos maka bisa dengan cara ditutupi bagian yang terdapat lafadz Allah dengan mengenakan jas/sweater yang tidak terdapat lafadz Allah.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, "Jika seseorang hendak masuk WC sedangkan dia membawa sesuatu yang padanya terdapat nama Allah, maka disunahkan baginya untuk meninggalkannya. Jika dia tetap membawanya, dan menjaganya agar tidak terjatuh atau memutar cincinnya ke bagian dalam telapak tangannya, maka hal itu tidak mengapa. Imam Ahmad berkata, 'Adapun cincin (yang padanya terdapat nama Allah) hendaknya diputar ke bagian dalam telapak tangan, lalu dia masuk WC. Ikrimah berkata, "Balikkan ke bagian dalam telapak tangan dan genggamlah. Demikian dikatakan oleh Ishaq, dan dianggap rukhshah oleh Ibnu Musayyab, Al-Hasan dan Ibnu Sirin, 1/109. Imam Ahmad berkata tentang seseorang yang membawa dirham (uang yang biasanya tertera nama Allah), "Saya berharap hal itu tidak mengapa." (Al-Mughni, 1/109)

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, "Apa hukum masuk WC dengan membawa nama yang padanya terdapat nama Allah?"

Beliau menjawab, "Dibolehkan masuk WC dengan membawa kertas yang di dalamnya terdapat nama Allah, selama dia berada dalam kantong dan tidak tampak. Tapi tersembunyi dan tertutup." (Fatawa Thaharah, 109)

2. Mengkhususkan atau memisahkan pakaian tersebut dari pakaian kotor lainnya.

3. Tidak mencucinya di kamar mandi atau WC.

4. Menjaganya agar tidak terjatuh ke bawah terkhusus ketika menjemurnya.

5. Tidak mengenakannya ketika kita hendak melakukan pekerjaan yang membuat pakaian kita kotor dan terkena najis.

Jadi kesimpulannya SAH-SAH saja memakai kaos yang berlafadz kalimat TAUHID, ini dikategorikan syi'ar Islam. Dengan catatan harus menjaga etika ketika selama mengenakannya.

Nah oleh sebeb itu bijaklah sedikit, janganlah terlalu sempit dalam memahami dan menjalani agama ini. Apalagi langsung vonis yang gk-gk, lebih baik meluruskan apa yg salah !!! JANGAN MENYALAHKAN YANG BELUM TENTU BERSALAH.!!!

Islam itu mudah kok dibikin rumit.

Allahu a’lam Bisshowab!

Kamis, 11 Oktober 2018

Larangan Ghibah

Larangan Menggunjing Orang Lain (Ghibah)

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ

Salah satu bentuk kemaksiatan yang banyak dilakukan oleh manusia adalah gemar membicarakan kejelekan orang lain atau yang diistilahkan dengan ghibah. Bahkan yang parahnya, terkadang apa yang mereka ghibahkan itu tidak ada pada orang yang dighibahi. Padahal dalil-dalil yang menerangkan tentang haramnya ghibah sangatlah tegas dan jelas, baik di dalam Al Qur`anul Karim ataupun di dalam hadits-hadits nabawi.

Berikut ini kami akan menyebutkan beberapa dalil yang melarang kita dari perbuatan ghibah yang kami ringkaskan dari kitab Riyadhush Shalihin karya Imam An Nawawi rahimahullah ta’ala.

1. Firman Allah ta’ala:

ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐْﺘَﺐْ ﺑَﻌْﻀُﻜُﻢْ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺃَﻳُﺤِﺐُّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻟَﺤْﻢَ ﺃَﺧِﻴﻪِ ﻣَﻴْﺘًﺎ ﻓَﻜَﺮِﻫْﺘُﻤُﻮﻩُ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻮَّﺍﺏٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ

“Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha Menyampaikan rahmat).” [QS Al Hujurat: 12]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam tafsirnya: “Di dalamnya terdapat larangan dari perbuatan ghibah.”

As Sa’di rahimahullah berkata di dalam tafsirnya: “(Allah) menyerupakan memakan daging (saudara)nya yang telah mati yang sangat dibenci oleh diri dengan perbuatan ghibah terhadapnya. Maka sebagaimana kalian membenci untuk memakan dagingnya, khususnya ketika dia telah mati tidak bernyawa, maka begitupula hendaknya kalian membenci untuk menggibahnya dan memakan dagingnya ketika dia hidup.”

2. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:

ﺃﺗﺪﺭﻭﻥ ﻣﺎ ﺍﻟﻐﻴﺒﺔ؟ ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ . ﻗﺎﻝ : ﺫﻛﺮﻙ ﺃﺧﺎﻙ ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺮﻩ . ﻗﻴﻞ : ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺃﺧﻲ ﻣﺎ ﺃﻗﻮﻝ؟ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮﻝ ﻓﻘﺪ ﺍﻏﺘﺒﺘﻪ، ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﻘﺪ ﺑﻬﺘﻪ

“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab: “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahuinya.” Nabi berkata: “Engkau membicarakan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Ada yang bertanya: “Bagaimana pendapat anda jika padanya ada apa saya bicarakan?” Beliau menjawab: “Jika ada padanya apa yang engkau bicarakan maka engkau telah mengghibahnya, dan jika tidak ada padanya apa yang engkau bicarakan maka engkau berbuat buhtan terhadapnya.” [HR Muslim (2589)]

Hadits di atas menerangkan tentang definisi ghibah. Ghibah adalah membicarakan kejelekan atau aib seorang muslim dengan tidak secara langsung di hadapannya. Sedangkan buhtan adalah berkata dusta terhadap seseorang di hadapannya mengenai sesuatu yang tidak pernah dia lakukan.
3. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata:

ﻗﻠﺖ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺣﺴﺒﻚ ﻣﻦ ﺻﻔﻴﺔ ﻛﺬﺍ ﻭﻛﺬﺍ - ﺗﻌﻨﻲ ﻗﺼﻴﺮﺓ . ﻓﻘﺎﻝ : ﻟﻘﺪ ﻗﻠﺖ ﻛﻠﻤﺔ ﻟﻮ ﻣﺰﺟﺖ ﺑﻤﺎﺀ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻟﻤﺰﺟﺘﻪ ! ﻗﺎﻟﺖ : ﻭﺣﻜﻴﺖ ﻟﻪ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ، ﻗﺎﻝ : ﻣﺎ ﺃﺣﺐ ﺃﻧﻲ ﺣﻜﻴﺖ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ﻭﺃﻥ ﻟﻲ ﻛﺬﺍ ﻭﻛﺬﺍ

“Saya berkata kepada Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : “Cukuplah bagi anda dari Shafiyyah begini dan begini -maksudnya dia itu bertubuh pendek.” Beliau berkata: “Sungguh engkau telah mengucapkan kalimat yang kalau dicampur dengan air laut niscaya dapat merubah (rasa dan bau)nya!” Aisyah berkata: “Saya juga menceritakan tentang seseorang kepada beliau. Lalu beliau menjawab: “Saya tidak suka menceritakan seseorang sedangkan pada diriku terdapat (kekurangan) ini dan ini.” [HR Abu Daud (4875) dan At Tirmidzi (2502)]

Imam An Nawawi rahimahullah berkata: “Hadits ini merupakan larangan yang paling tegas dari perbuatan ghibah.”

4. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:

ﺑﺤﺴﺐ ﺍﻣﺮﺉ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﺃﻥ ﻳﺤﻘﺮ ﺃﺧﺎﻩ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ . ﻛﻞ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺣﺮﺍﻡ ﺩﻣﻪ ﻭﻣﺎﻟﻪ ﻭﻋﺮﺿﻪ

“Cukuplah kejelekan bagi seseorang dengan meremehkan saudara muslimnya. Setiap muslim haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim yang lain.” [HR Muslim (2564)]

Hadits di atas menerangkan larangan untuk menumpahkan darah, mengambil harta, dan menodai kehormatan sesama muslim. Dan perbuatan ghibah adalah salah satu bentuk pelecehan terhadap kehormatan seorang muslim yang tidak dibenarkan di dalam Islam.

5. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:

ﻟﻤﺎ ﻋﺮﺝ ﺑﻲ، ﻣﺮﺭﺕ ﺑﻘﻮﻡ ﻟﻬﻢ ﺃﻇﻔﺎﺭ ﻣﻦ ﻧﺤﺎﺱ ﻳﺨﻤﺸﻮﻥ ﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﻭﺻﺪﻭﺭﻫﻢ . ﻓﻘﻠﺖ : ﻣﻦ ﻫﺆﻻﺀ ﻳﺎ ﺟﺒﺮﻳﻞ؟ ﻗﺎﻝ : ﻫﺆﻻﺀ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺄﻛﻠﻮﻥ ﻟﺤﻮﻡ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﻘﻌﻮﻥ ﻓﻲ ﺃﻋﺮﺍﺿﻬﻢ

“Ketika saya dimi’rajkan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya: “Siapakah mereka ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan melecehkan kehormatan mereka.” [HR Abu Daud (4878). Hadits shahih.]

Hadits ini menerangkan bentuk hukuman yang dialami oleh orang-orang yang gemar membicarakan kejelekan dan menjatuhkan kehormatan orang lain.
Demikianlah beberapa dalil dari Al Qur`an dan hadits yang melarang kita dari perbuatan ghibah. Semoga Allah ta’ala memudahkan kita semua untuk dapat meninggalkannya.

ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ

Rabu, 03 Oktober 2018

MEMBONGKAR KEDOK KEJI KAUM ISLAM NUSANTARA

❌⛔ MEMBONGKAR KEDOK KEJI KAUM ISLAM NUSANTARA. 🌐

~~~~

Seorang Profesor Doktor yang bernama Ridwan Lubis, Seorang "Guru Besar" Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia berkata dalam tulisannya :

Islam Nusantara dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi sekaligus INTERNALISASI akidah dan ibadah Islam melalui pendekatan yang DINAMIS, KREATIF, dan INOVATIF dalam menjawab perubahan sosial sekaligus perubahan budaya.

✒️Bantahan :

Penulis mengatakan, mengenai Islam NUsantara sebagai bentuk perwujudan :
INTERNALISASI akidah dan ibadah Islam melalui pendekatan yang DINAMIS, KREATIF, dan INOVATIF.

Maka marilah kita membongkar Syubhat yang ia katakan dalam tulisannya ini, dan apa yang dimaukan dari gerakan "Separatis ( Pemberontak Kemurnian Agama)" yang merusak Kemurnian Agama Islam yg Hanif ini :

1. INTERNALISASI :
adalah suatu proses memasukkan nilai atau memasukkan sikap ideal yang sebelumnya dianggap berada di luar, agar tergabung dalam pemikiran seseorang dalam pemikiran, keterampilan dan sikap pandang hidup seseorang.
~~~
Maka, jika terjadi yang namanya INTERNALISASI Akidah dan Ibadah...
Itu berujung pada konsekuensi memasukkan nilai atau memasukkan sikap ideal yang sebelumnya dianggap berada di luar, agar tergabung dalam pemikiran Islam, maka akibatnya adalah :
⭕❌Akan rusaklah Ajaran Islam yang murni ini, akibat tangan2 kotor kaum Islam NUsantara, karena agama ini telah Allah Ta'ala sempurnakan, sehingga tidak perlu lagi yang namanya penambahan nilai2 dan ideologi dari luar Islam, terlebih lagi pada permasalahan Akidah dan Ibadah, karena kedua perkara ini sudah baku, Akidah Islam dan Ibadah Umat Islam, semuanya telah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya jelaskan dan atur di dalam Al Qur'an dan Sunnah, juga para Sahabat dan juga Para Tabi'in wa Tabi'ut Tabi'in, juga telah dijelaskan oleh para Ulama Mahdzab, serta para Ulama yg mengikuti mereka dengan baik...

2. DINAMIS
mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
Jika dikatakan, perkara Akidah dan Ibadah , harus menyesuaikan diri dengan keadaan/situasi di suatu tempat, maka hal ini justru akan semakin merusak Kemurnian Agama Islam yang Hanif ini, perkara Akidah dan Ibadah, haruslah bisa mengubah keadaan, bukan justru malah sebaliknya, menyesuaikan keadaan/situasi, atau bercampur baur dengan keadaan, jika keadaan atau situasi suatu lingkungan itu dipenuhi akan kesyirikan, kekufuran, khurofat dan takhayul, apakah perkara Akidah dan Ibadah, harus menyesuaikan dengan semua itu ? Bukannya memperbaiki lingkungan yg rusak, justru malah menambah kerusakan pada lingkungan tersebut, Naudzubillah...
Lihatlah bagaimana Dakwah Rasulullah di Makkah dan Madinah, beliau mengatakan bahwa ini Haq, inilah Al Haq ( kebenaran ), inilah TAUHID, hendaknya kalian hanya beribadah kepada Allah Ta'ala semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan selain-Nya, maka apakah Rasulullah kala itu berdakwah, beliau melakukan pendekatan2 Budaya dan Tradisi ala Jahiliyah yg dilakukan oleh kaum Kafir Quraisy ? Apakah beliau melakukan Asimilasi Budaya atau mencampurkan antara Agama dan budaya dsn tradisi Jahiliyah kaum Kuffar Quraisy, agar dakwah beliau dapat diterima dengan mudah ?
Tentu saja tidak !! Beliau justru mengatakan :
Katakanlah (Muhammad), “Sungguh, aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam. (Q.S. Al-Mu’min : 66 )
~~~~~~
3. KREATIF

adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan ( rekaan/karangan ) baru.
~~~
Maka, apakah pada permasalahan Akidah dan Ibadah, diperlukan yang namanya gagasan atau Anggitan ( rekaan/karangan ) baru, yakni dengan adanya pemunculan suatu gagasan pada permasalahan Bab Akidah dan memunculkan Anggitan ( rekaan/karangan ) baru dalam permasalahan Ibadah ? Naudzubillah, bukankah telah dikatakan, bahwasannya Agama Islam ini telah sempurna, jadi apa yang kalian Maukan wahai Islam NUsantara Khabits ? Apa yang kalian Maukan ? Hendak mengubah ubah Agama Allah Ta'ala yang Hanif ini ? Wallahul musta'an.

4. INOVATIF
bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru ; ber-sifat pembaruan (kreasi baru)
~~~~~
Naudzubillah, ini justru lebih parah, apakah kaum Islam NUSANTARA ingin memperkenalkan sesuatu yang baru, atau bersifat pembaharuan ( berkreasi ) pada permasalahan Akidah dan Ibadah dalam agama Islam ? Sungguh ini adalah bentuk kedzaliman dan tuduhan keji atas Nabi Muhammad ﷺ , bahwasannya Rasulullah ﷺ belum sepenuhnya memberitahukan kepada Umatnya, bahwasannya ada hal2 yang masih belum disampaikan mengenai perihal Agama, baik itu pada permasalahan Akidah/Tauhid, Ibadah dan yang lainnya, sehingga harus memunculkan seuatau yg Inovatif ( baca Bid'ah ) , dalam berkreasi menciptakan kaedah-kaedah baru dalam Beragama, Naudzubillah...

Cukuplah Perkataan Imam Malik Bin Anas rahimahullah mengenai hal ini :
Barangsiapa yang mengada-adakan suatu bid'ah dalam Islam, dan dia memandangnya sebagai sebuah kebaikan, maka sungguh dia telah menganggap Muhammad ﷺ sebagai pengkhianat risalah!!
Karena  Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

{ اليوم أكملت لكم دينكم }

Pada hari ini telah aku sempurnakan agama kalian
(al-Maidah:3)
[al-I'thisham karya asy-Syathibi (1/64-65 )]
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

( Dikoreksi Penulisannya oleh al Ustadz Abu Shalih al Atsary hafizhahullah )

⚫⚪⚫⚪⚫⚪⚫

Minggu, 23 September 2018

Berbuat Baik kepada orang Tua

"MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI"

Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua.

Artikel ini di sadur dari kitab Tafsir Ibn Katsir rahimahullah Qs. Al-Israa' ayat 23-24. Silahkan disimak baik-baik dan perlahan. Semoga kita semua mendapatkan Rahmat-Nya. Aamiin ya robbal 'alamiin..

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24) }

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Allah Swt. memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) untuk menyem­bah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kata qada dalam ayat ini me­ngandung makna perintah. 

Mujahid mengatakan sehubungan dengan mak­na firman-Nya, "Waqada" bahwa makna yang dimaksud ialah memerin­tahkan. 

Hal yang sama dikatakan oleh Ubay ibnu Ka'b, Ibnu Mas'ud., dan Ad-Dahhak ibnu Muzahim; mereka mengartikannya, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia."

Selanjutnya disebutkan perintah berbakti kepada kedua orang tua. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا}

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. (Al-Isra: 23)

Yakni Allah memerintahkan kepadamu untuk berbuat baik kepada ibu bapakmu. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ}

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14)

Adapun firman Allah Swt.:

{إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ}

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan 'ah' kepada keduanya (Al-Isra: 23)
Artinya, janganlah kamu mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga kata 'ah' pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak diperbolehkan.

{وَلا تَنْهَرْهُمَا}

dan janganlah kamu membentak mereka. (Al-Isra: 23)

Yakni janganlah kamu bersikap buruk kepada keduanya, seperti apa yang dikatakan oleh Ata ibnu Abu Rabah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan janganlah kamu membentak mereka. (Al-Isra: 23)

Maksudnya, janganlah kamu menolakkan kedua tanganmu terhadap keduanya.

Setelah melarang mengeluarkan perkataan dan perbuatan buruk ter­hadap kedua orang tua, Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan bertutur sapa yang baik kepada kedua. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا}

dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra: 23)

Yaitu bertutur sapa yang baik dan lemah lembutlah kepada keduanya, serta berlaku sopan santunlah kepada keduanya dengan perasaan penuh hormat dan memuliakannya.

{وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ}

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. (Al-Isra: 24)

Yakni berendah dirilah kamu dalam menghadapi keduanya.

{وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا}

dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka kedua­nya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Al-Isra: 24)

Maksudnya, berendah diriiah kepada keduanya di saat keduanya telah berusia lanjut, dan doakanlah keduanya dengan doa ini bilamana keduanya telah meninggal dunia. 

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kemudian Allah menurunkan firman-Nya:

{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى}

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik. (At-Taubah: 113), hingga akhir ayat.

Hadis-hadis yang menyebutkan tentang berbakti kepada kedua orang tua cukup banyak, antara lain ialah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Anas dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi Saw. naik ke atas mimbar, kemudian beliau mengucapkan kalimat Amin sebanyak tiga kali. Maka ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau aminkan?" Maka Nabi Saw. menjawab:

"أَتَانِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ ثُمَّ خَرَجَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، قُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ، قُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ"

Jibril datang kepadaku, lalu mengatakan, "Hai Muhammad, terhinalah seorang lelaki yang namamu disebut di hadapannya, lalu ia tidak membaca salawat untukmu. Ucapkanlah 'Amin'.” Maka saya mengucapkan Amin lalu Jibril berkata lagi, "Terhinalah seorang lelaki yang memasuki bulan Ramadan, lalu ia keluar dari bulan Ramadan dalam keadaan masih belum beroleh ampunan baginya. Katakanlah, 'Amin'.” Maka aku ucapkan Amin. Jibril melanjutkan perkataannya, "Terhinalah seorang lelaki yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah seorangnya, lalu keduanya tidak dapat memasukkannya ke surga. Katakanlah, 'Amin'.” Maka aku ucapkan Amin.

Hadis lain. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ، أَخْبَرَنَا زُرَارَة بْنُ أَوْفَى، عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحَارِثِ -رَجُلٍ مِنْهُمْ -أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ ضَمَّ يَتِيمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ إِلَى طَعَامِهِ وَشَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ، وَمَنْ أَعْتَقَ امْرَأً مُسْلِمًا كَانَ فَكَاكه مِنَ النَّارِ، يُجْزَى بِكُلِّ عُضْوٍ مِنْهُ عُضْوًا مِنْهُ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Zurarah ibnu Aufa, dari Malik ibnul Haris, dari seorang lelaki yang tidak disebutkan .namanya, bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang menjamin makan dan minum seorang anak yatim yang kedua orang tuanya muslim hingga anak yatim itu tidak lagi memerlukan jaminannya, maka wajiblah surga bagi­nya. Barang siapa yang memerdekakan seorang budak muslim, maka akan menjadi tebusan baginya dari neraka, setiap anggo­ta tubuh budak itu membebaskan setiap anggota tubuhnya.
Kemudian Imam Ahmad mengatakan: 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ زَيْدٍ -فَذَكَرَ مَعْنَاهُ، إِلَّا أَنَّهُ قَالَ: عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ يُقَالُ لَهُ: مَالِكُ أَوِ ابْنُ مَالِكٍ، وَزَادَ: "وَمَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ"

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Ali ibnu Zaid mengatakan hadis ini, lalu Imam Ahmad menuturkan hadis yang semakna. Hanya dalam riwayat ini disebutkan 'dari seorang lelaki dari kalangan kaumnya' yang dikenal dengan nama Malik atau Ibnu Malik, dan ditambahkan dalam riwayat ini: Barang siapa yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya, lalu ia masuk neraka, maka ia adalah orang yang dijauhkan oleh Allah (dari rahmat-Nya).
Hadis lainnya Imam Ahmad mengatakan: 

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ مَالِكِ بْنِ عَمْرٍو الْقُشَيْرِيِّ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ أَعْتَقَ رَقَبَةً مُسْلِمَةً فَهِيَ فِدَاؤُهُ مِنَ النَّارِ، مَكَانَ كُلِّ عَظْم مِنْ عِظَامِهِ مُحَرّره بِعَظْمٍ مِنْ عِظَامِهِ، وَمَنْ أَدْرَكَ أَحَدَ وَالِدَيْهِ ثُمَّ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، وَمَنْ ضَمَّ يَتِيمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ إِلَى طَعَامِهِ وَشَرَابِهِ حَتَّى يُغْنِيَهُ اللَّهُ، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ"

telah menceritakan kepada kami Affan, dari Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Zurarah ibnu Aufa, dari Malik ibnu Amr Al-Qusyairi bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang memerdekakan seorang budak muslim, maka akan menjadi tebusannya dari neraka, karena sesungguh­nya setiap tulang dari budak itu akan membebaskan setiap tulang (anggota tubuh)nyaDan barang siapa yang menjumpai salah seorang dari kedua orang tuanya, kemudian masih belum diberikan ampunan baginya, maka semoga ia dijauhkan oleh Allah (dari rahmat-Nya). Dan barang siapa yang menjamin makan dan minum seorang anak yatim yang kedua orang tuanya muslim, hingga si anak yatim mendapat kecukupan dari Allah, maka wajiblah surga baginya.

Hadits lain. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ سَمِعْتُ زُرَارَةَ بْنَ أَوْفَى يُحَدِّثُ عَنْ أُبَيِّ بْنِ مَالِكٍ الْقُشَيْرِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا ثُمَّ دَخَلَ النَّارَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ وَأَسْحَقَهُ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj dan Muhammad ibnu Ja'far; keduanya mengatakan, telah menceri­takan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Zurarah ibnu Aufa menceritakan hadis berikut dari Abu Malik Al-Qusyairi yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya, kemudian ia masuk neraka sesudah itu, maka semoga ia dijauhkan dari (rahmat) Allah dan semoga Allah memhinasakannya."
Abu Daud At-Tayalisi telah meriwayatkan dari Syu'bah dengan sanad yang sama, tetapi di dalamnya ada beberapa tambahan lainnya.

Hadits lain. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، حَدَّثَنَا سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا عِنْدَ الْكِبَرِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Awwanah, telah menceritakan kepada kami Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Terhinalah seorang lelaki, terhinalah seorang lelaki, terhinalah seorang lelaki yang menjumpai salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam jaminan­nya, lalu ia tidak masuk surga.
Dari Jalur ini hadis berpredikat sahih, mereka tidak mengetengahkannya selain Imam Muslim melalui Hadis Abu Awwanah, dan Jarir, dan Suiaiman ibnu Bilal, dari Suhail dengan sanad yang sama.

Hadits lainnya. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رِبعيّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ -قال أحمد: وهو أخو إسماعيل بن عُلَيَّة، وَكَانَ يُفَضَّلُ عَلَى أَخِيهِ -عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "رَغِمَ أَنْفُ رِجْلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ! وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ قبل يُغْفَرَ لَهُ! وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ" قَالَ رِبْعِيٌّ: لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ: "أَحَدَهُمَا".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepa­da kami Rab'i ibnu Ibrahim (saudara Ismail ibnu Ulayyah, dia lebih utama daripada saudaranya), dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Sa'id Ibnu Abu Sa'id, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Terhinalah seorang lelaki yang namaku disebut di hadapannya, lalu tidak membaca salawat untukku. Dan terhinalah seorang lelaki yang memasuki bulan Ramadan, lalu keluar darinya, sedangkan ia masih belum mendapat ampunan baginya. Dan terhinalah seorang lelaki yang menjumpai kedua orang tuanya telah berusia lanjut dalam jaminannya, lalu kedua orang tuanya itu tidak dijadikannya sebagai perantara buat dirinya untuk masuk surga.
Rab'i mengatakan, "Saya merasa yakin bahwa dia (Abdur Rahman ibnu Ishaq) mengatakan pula, 'Atau salah seorang dari kedua orang tuanya'." 
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, dari Rab'i ibnu Ibrahim, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa ditinjau dari jalur ini hadis berpredikat garib.

Hadits lain. 

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الغَسِيل، حَدَّثَنَا أُسَيْدُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ وَهُوَ مَالِكُ بْنُ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيُّ، قَالَ: بَيْنَمَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ بَقِيَ عَلَيَّ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ بَعْدَ مَوْتِهِمَا أَبَرُّهُمَا بِهِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، خِصَالٌ أَرْبَعٌ: الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا رَحِمَ لَكَ إِلَّا مِنْ قِبَلِهِمَا، فَهُوَ الَّذِي بَقِيَ عَلَيْكَ بَعْدَ مَوْتِهِمَا مِنْ بِرِّهِمَا"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceri­takan kepada kami Abdur Rahman ibnul Gasil, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Ali. dari ayahnya, dari Abu Ubaid, dari Abu Usail (yaitu Malik ibnu Rabi'ah As-Sa'idi) yang menceritakan, "Ketika saya sedang duduk di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Ansar. Lalu lelaki itu bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah masih ada jalan bagiku untuk berbakti kepada kedua orang tuaku sepeninggal keduanya?' Rasulullah Saw. menjawab: 'Ya, masih ada empat perkara, yaitu memohonkan rahmat bagi keduanya, memohonkan ampunan bagi keduanya, melaksana­kan wasiat keduanya, dan menghormati teman-teman keduanya serta bersilaturahmi kepada orang yang tiada hubungan silaturahmi denganmu kecuali melalui kedua orang tuamu. Hal itulah yang masih tersisa bagimu sebagai jalan baktimu kepada kedua orang tuamu sesudah mereka tiada'.”
Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melaui hadis Abdur Rahman ibnu Sulaiman (yaitu Ibnul Gasil) dengan sanad yang sama.

Hadits lainnya. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ؛ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَدْتُ الْغَزْوَ، وَجِئْتُكَ أَسْتَشِيرُكَ؟ فَقَالَ: "فَهَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ " قَالَ. نَعَمْ. فَقَالَ: "الْزَمْهَا. فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلَيْهَا ثُمَّ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ الثَّالِثَةَ فِي مَقَاعِدَ شَتَّى، كَمِثْلِ هَذَا الْقَوْلِ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepa­da kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceri­takan kepadaku Muhammad ibnu Talhah ibnu Ubaid illah ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Mu'awiyah ibnu Jahimah As-Sulami, bahwa Jahimah pernah datang kepada Nabi Saw. lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, saya ingin berangkat berperang (di jalan Allah), dan saya datang untuk meminta nasihat darimu." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah kamu masih mempunyai ibu?" Jahimah menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda: Rawatlah ibumu, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah telapak kakinya. Kemudian diajukan pertanyaan yang serupa dan jawaban yang serupa untuk kedua kalinya hingga ketiga kalinya di tempat-tempat yang berlainan. 
Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Juraij dengan sanad yang sama.

Hadita lain. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ بَحِير بْنُ سَعْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِ يَكْرِبَ الْكِنْدِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِآبَائِكُمْ، إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ، إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ، إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ، إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِالْأَقْرَبِ فَالْأَقْرَبِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Wahid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Iyasy dari Yahya ibnu Sa'd, dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Al-Miqdam ibnu Ma'di Kriba, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ayah-ayah kalian, sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ibu-ibu kalian, sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ibu-ibu kalian, sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ibu-ibu kalian, sesungguhnya Allah telah meni­tipkan kepada kalian keluarga kalian yang terdekat, kemudian yang dekat (hubungan) kekeluargaannya dengan kalian.
Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Abdullah ibnu Iyasy dengan sanad yang sama.

Hadits lain. 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنِ الْأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي يَرْبُوعٍ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يُكَلِّمُ النَّاسَ يَقُولُ: "يَدُ الْمُعْطِي [الْعُلْيَا] أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ"

Ahmad telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Asy'as ibnu Salim, dari ayahnya, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Yarbu' yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Nabi Saw. dan mendengarkan beliau sedang berbicara dengan orang-orang. Antara lain beliau bersabda: Orang yang paling utama menerima uluran tangan(mu) ialah ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu, saudara laki-lakimu, kemudian saudaramu yang terdekat, lalu yang dekat (denganmu)

Allahu ta'ala a'lam

Jumat, 17 Agustus 2018

GOLONGAN YANG TIDAK MASUK SURGA

Tolong di baca sebentar
GOLONGAN YANG TIDAK MASUK SURGA

Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda. “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga. kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’. al-jayyuf. al-qattat. ad-daibub. ad-dayyus. shahibul arthabah. shahibul qubah. al-‘utul. az-zanim. dan al-‘aq li walidaih.

Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya. “Ya Rasulullah. siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab. “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.”

Rasulullah saw. ditanya. “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab. “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”

Beliau ditanya lagi. “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab. “Orang yang suka mengadu domba.”

Beliau ditanya. “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab. “Germo.”

Rasulullah saw. ditanya. “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab. “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya. anak perempuannya. dan saudara perempuannya.”

Rasulullah saw. ditanya lagi. “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab. “Penabuh gendang besar.”

Rasulullah saw. ditanya. “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab. “Penabuh gendang kecil.”

Rasulullah saw. ditanya. “Siapakah al-‘utul itu?” Beliau menjawab. “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya. dan tidak mau menerima alasan orang lain.”

Rasulullah saw. ditanya. “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab. “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adapun al-‘aq. kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).”

Mu’adz bertanya kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah. bagaimana pandangan engkau tentang ayat ini: yauma yunfakhu fiish-shuuri fata’tuuna afwaajaa. yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala. lalu kalian datang berkelompok-kelompok?” (An-Naba’: 18)

“Wahai Mu’adz. engkau bertanya tentang sesuatu yang besar.” jawab Rasulullah saw. Kedua mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya.

“Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka ada yang berwujud kera; ada yang berwujud babi; ada yang berjalan berjungkir-balik dengan muka terseret-seret; ada yang buta kedua matanya. ada yang tuli. bisu. lagi tidak tahu apa-apa; ada yang memamah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya; ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong; ada yang disalib di atas batangan besi panas; ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada bangkai; dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”

“Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang haram. seperti cukai dan uang suap.”

“Yang berjalan jungkir-balik adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.”

“Yang memamah lidahnya adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.”

“Yang disalib di batangan besi panas adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada penguasa dengan pengaduan batil dan palsu. Yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang ada pada harta mereka.”

“Adapun orang yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih adalah orang yang suka takabur dan membanggakan diri.” (HR. Qurthubi)

Saudaraku. adakah kita di antara 10 daftar yang dipaparkan Rasulullah saw. di atas? Bertobatlah. agar selamat!?

Ya Allah, ampunilah dosaku, dosa ibu bapa ku, keluarga ku,saudaraku dan setiap orang yang meng-klik Suka, share & berkomentar "aamiin" dan jangan Engkau cabut nyawa kami saat tubuh kami tak pantas berada di SurgaMu. Aamiin...
.
Sobat sekarang anda memiliki dua pilihan ,
1. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini
2. Membagikan pengetahuan ini kesemua teman facebookmu , insyallah bermanfaat dan akan menjadi pahala bagimu. Aamiin..

Boleh di SHARE sebanyak mungkin!!

Kamis, 16 Agustus 2018

Ada Cinta-Nya dibalik ujian mu

ADA CINTA-NYA,
DI BALIK UJIANMU

🌹Sahabatku...
Pernahkah engkau merasakan penatnya hidup...
Ketika air mata tak sanggup lagi melukiskan bebanmu...
Ketika sahabatmu tak lagi mampu jadi teman berbagi...
Seolah bumi tak lagi bersahabat dengan suasana hatimu...

📌 ADA CINTA-NYA, DI BALIK UJIANMU!

Ingatlah sahabatku..

Saat itu Allah sedang menunjukkan cinta-Nya padamu.

📌 KENAPA AKU TAK MENDAPAT APA YANG AKU INGINKAN ??
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Baqarah : 216

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu..."

Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”
.
📌 KENAPA FRUSTASI??
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Imran : 139
.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”
.
📌 BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA ???
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Baqarah : 45
.
🌹 “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat, dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk."

Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah semata”
.
🌹 Cinta yang pernah Allah letakkan pada Nabi Ibrahim saat mengujinya dengan api.
.
🌹 Cinta yang pernah Allah lukiskan di hati Nabi Ayyub dengan ujian penyakit
.
🌹 Cinta yang pernah Allah hujamkan pada Rasulullah Muhammad ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ dengan ujian dari kaum kafir.
.
🌹 Cinta yang sama, yang pernah Allah tanamkan di hati para Nabi melalui ujian.
.
Meski kadarnya tak sama, tapi itu adalah bagian dari Cinta Allah.
.
🌹Sahabatku...
Allah bebankan masalah di pundakmu, agar engkau menunduk Sujud pada-Nya.
.
📌 KEPADA SIAPA AKU BERHARAP,
QURAN MENJAWAB :
Qs. At-Taubah : 129
.
“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal”
.
AKU TAK SANGGUP !!!!
QURAN MENJAWAB :
Qs. Yusuf : 12
.
"..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.”
.
Allah teteskan kepedihan di qalbumu, agar air matamu mengalir mengingat-Nya.
.
Allah letakkan kesempitan di hatimu agar engkau mengingat-Nya, melapangkan hati. Semua karena Allah mencintai Do'a dan sujudmu, memohon pada-Nya.
.
🌹Sahabatku...
Bukankah mereka yang beriman pasti Allah uji? Sebagai pembuktian bahwa kita orang yang beriman. Beriman pada Allah saat lapang dan sempit. Lalu, pantaskah kita memohon syurga tanpa ujian ?
Ya, Orang beriman pasti mendapat ujian.
.
📌 KENAPA AKU DIUJI ??
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Ankabut : 2-3

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya. Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
.
📌 KENAPA UJIAN SEBERAT INI ??
QURAN MENJAWAB:
Qs. Al-Baqarah : 286

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

🌹Sahabatku...
Jika hari ini pundakmu terlalu berat menahan masalahmu. Saat itu, sajadah menunggumu untuk bermunajat. Saat itu juga Allah sedang menantimu untuk memohon. Memohon belas kasih dan cinta-Nya. Karena setiap ujian adalah bentuk cinta-Nya.
.
Wallohu a’lam bisshowab.

Apa Alasanku Untuk Tidak berayukur?

Bismillaahirrohmaanirrohiim.. وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُوْنَ   “Dan seg...