Telusuri

Rabu, 07 November 2018

Apa Alasanku Untuk Tidak berayukur?


Bismillaahirrohmaanirrohiim..

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُوْنَ

 “Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl : 53)

Sahabat-sahabatku muslimah rahimakunnallahu, bila dibahas siklus hidup manusia sehari-hari dari kita bangun hingga tidur, coba tanyakan pada diri sendiri “apa alasanku untuk tidak bersyukur?” Mulai dari bangun tidur, kita masih diberi kesempatan hidup, jantung masih berdetak, tangan masih bisa digerakkan, dan kaki masih mampu dipakai untuk berjalan. Kemudian kita hendak mengambil wudhu, hati masih digerakkan untuk melaksanakan sholat, mengingat Allah ‘azza wa jalla. Ketika mengambil air, kita masih diberikan rezeki air yang mengalir, kemudian jika keadaan masih gelap kita bisa menyalakan lampu yang sangat mudah untuk dinyalakan dengan menekan tombol saklar lampu tanpa repot-repot menyalakan api. Setelah itu, ketika mandi kita mendapat rezeki air yang melimpah, memakai sabun, pasta gigi, dan sampo. Kita diberi rezeki untuk mampu mendapatkan itu semua. Selanjutnya, ketika mengenakan pakaian, kita pun diberi rezeki untuk bisa mengenakan pakaian secara lengkap. Bayangkan sahabat-sahabatku, bila kita tidak memiliki pakaian sama sekali!

Kemudian kita makan. Mari kita bicarakan nasi! Allah menurunkan hujan ke bumi ini ke tempat yang Dia kehendaki, kemudian memberi sinar matahari yang sangat bermanfaat bagi bumi sehingga tanah-tanah menjadi subur dan bisa digunakan sebagai tempat untuk menanam padi. Dia juga memberi kenikmatan bagi para petani untuk mengurus padi hingga menjadi beras, kemudian Dia juga yang memberi rezeki kepada para pedagang agar bisa menyalurkan beras-beras itu ke warung-warung dekat rumah kita. Dia juga yang memberi rezeki kepada orang tua kita sehingga kita memiliki uang untuk membeli beras. Tidak cukup sampai disitu, kita diberi rezeki untuk bisa menanak nasi menggunakan rice-cooker dengan hanya mencolokkan ke sumber daya listrik, hanya dengan menekan tombol, kemudian jadilah nasi hangat yang siap disantap. Masyaa Allah, itu baru nasi, padahal kita makan dengan lauk pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan lainnya.

Sudah lumayan panjang pembahasan kita dari 3 aktivitas ini, masih mau lanjut?

Baiklah.. mari kita renungkan. Sebagian dari kita ada yang masih sekolah atau kuliah. Kaki kita masih mampu melangkah untuk menuntut ilmu, otak kita masih mampu untuk menerima pelajaran, tangan kita masih mampu untuk menulis, dan kita menulis pakai apa? Kita menulis menggunakan alat tulis dan buku. Bagaimana proses pembuatan buku? Allah telah menciptakan pohon dan memberikan kemampuan manusia untuk mampu mengolahnya dengan sedemikian rupa hingga menjadi kertas. Belum lagi kita diberi rezeki untuk memiliki pensil, pulpen, penghapus, tas, dan lainnya.

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshalihat…

Allah benar-benar menciptakan kita sebagai sebaik-baiknya makhluk, terbukti bahwa kita memiliki jantung dan tidak ada orang yang bisa membuat persis sama sepertinya, kita memiliki tangan, kaki, dan mata yang tidak akan mau kita tukar dengan harta dunia apapun.

Tetapi mengapa kita selalu luput untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan selama ini? Kita telah membahas sebagian aktivitas kita dari pagi sampai siang hari. Belum untuk satu hari dan belum untuk hari-hari sebelumnya yang sudah kita lewati dengan nikmat Allah yang begitu banyak.

Terkadang kita hanya memikirkan, mengapa teman kita lebih cantik dari kita? Kenapa gak kita yang cantik? Kenapa gak kita yang mulus wajahnya? Kenapa gak kita sih yang putih kulitnya dan yang matanya indah? Kenapa bukan aku sih yang naik mobil bagus? Kenapa gak aku sih? Bukan aku aja sih? Dan lain-lain sebagainya.

Tanya lagi pada diri kita! “Apa alasanku untuk tidak bersyukur?”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

...اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلِ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri no. 6490, Muslim no. 2963, dan ini lafazh Muslim, At-Tirmidzi no. 2513, dan Ibnu Majah no. 4142).

Allahu ta'ala a'lam bisshowab

Demikian, semoga ada nilai manfa'atnya didalam tulisan kali ini. Barokallahufikum..

***

Senin, 05 November 2018

Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama

BAB. TAUHID

Bahasan Aqidah.

Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama

Aqidah Secara Etimologi

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Kalimat “Saya ber-i’tiqad begini” maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

Aqidah Secara Syara’

Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

Syari’at terbagi menjadi dua: i’tiqadiyah dan amaliyah.

I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqad terhadap rukun-ru­kun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). (1)

Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah (cabang agama), karena ia di­bangun di atas i’tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah.

Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala:  

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

Firman Allah Subhannahi wa Ta'ala:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)

Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar” (Az-Zumar: 3)

Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam yang pertama kali adalah pelu­rusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.

Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) (An-Nahl: 36)

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: 

"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85)

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh rasul. Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bi’tsah- Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para da’i dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada se­luruh perintah agama yang lain.

Allahu a'lam

Apa Alasanku Untuk Tidak berayukur?

Bismillaahirrohmaanirrohiim.. وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُوْنَ   “Dan seg...